Thursday, September 27, 2012

RESENSI: ENSLAVED - RIITIIR



Band Norwegian Black metal, ENSLAVED baru saja merilis album ke-12 nya, RIITIIR. di album teranyar ini ENSLAVED masih berkutat dengan perpaduan antara Black metal dengan rock progresif yang telah diusung semenjak Mardraum - Beyond Within 2000 silam.

RIITIIR merupakan suatu album ambisius yang mendorong sound mereka lebih jauh lagi ke-arah experimentasi yang out-of-box. Bila dibandingkan dengan album sebelumnya Axioma Ethica Odini memiliki sound yang sangat berbeda, mungkin hal itu adalah sesuatu yang wajar mengigat ENSLAVED selalu melakukan evolusi terhadap sound mereka semenjak album Below The Light di tahun 2003. progresi sound yang dilakukan di setiap album tentunya memberikan hype tersendiri bagi para pendengar, tak terkecual di album ke-12 mereka ini.

"Thoughts Like Hammers" menjadi lagu pembuka di album ini.growl vocal yang di balut dengan ritme gitar yang sangat doom-esque kemudian dilanjutkan dengan clean vocal dari Herbrand Larsen yang brillian sebelum dilanjutkan lagi dengan growl vocal. sedikit terasa repetitif dibandingkan dengan lagu-lagu berdurasi panjang ENSLAVED lainya, namun lagu yang sempurna untuk membuka overall tone album ini.

Lagu berikutnya "Death In The Eyes of Dawn" sedikit membawa influence dari OPETH dengan synth, acoustic guitar dan tentunya vokal yang cukup cathy. "Veilburner" tidak berprogresi terlalu signifikan dari lagu-lagu sebelumnya track masih dengan kombinasi growl/clean vocal dengan balutan guitar yang powerfull disatu saat  memainkan ritme Black metal lalu disambut dengan textured sound yang dibalut dengan synthesizer.

Lanjut ke "Roots of The Mountain" yang dibuka dengan hentakan blast-beat . yang seperti di lagu-lagu sebelumnya, dilanjutkan dengan melodi vokal yang indah dari Herbrand Larsen. Permainan guitar Arve Isdal dan Ivar Bjørnson patut menjadi sorotan disini mulai dari ritme gitar yang ber-tekstur hingga guitar solo yang bisa diacungi jempol. namun tentunya moment yang tidak bisa dilewatkan adalah ketika di menit ke-empat dimana terdapat basslines/drum pattern yang cukup djenty.

Track-track selanjutnya seperti "Materal" merupakan salah satu highlight album ini. tremollo riffing Black metal-ism yang di iringi dengan ketukan drum ganjil ala Tomas Haake atau Neil Peart, menunjukan bahwa pada album ini ENSLAVED melakukan experiment besar-besaran dengan mengambil Influence dari berbagai macam genre, dengar saja "Storm of Memories" yang membawa unsur space rock atau closing track "Forever" dengan gothic overtones dan NEUROSIS influencenya.

Overall
 album ini merupakan salah satu album terbaik dari ENSLAVED walaupun pada suatu saat terdengar agak repetitif dan durasi terkesan sedikit dipaksaan. RIITIIR adalah album yang variatif dan tentunya sebuah succsessor kompeten dari album mereka sebelumnya Axioma Ethica Odini.

FINAL SCORE
8.9/10

Wednesday, September 26, 2012

RESENSI: WOODS OF YPRES - Woods V: Grey Skies and Eletric Light



Akhir 2011 lalu kabar duka kembali menhampiri scene metal internasional, vokalis/gitaris WOODS OF YPRES, David Gold, meninggal dalam kecelakaan kendaraan bermotor beberapa waktu setelah ia menyelsaikan album ke-lima band ini, Woods V: Grey Skies and Electric Light.

Overall sound dan tone album ini melanjutkan sound Doom metal yang telah di patenkan di album sebelumnya ala TYPE O NEGATIVE, KATATONIA ataupun SENTENCED yang gloomy dan depressive. sound Black metal yang bisa didengar di tiga album pertama mereka kini semakin terkubur walaupun di beberapa lagu masih sedikit terdengar, walaupun secara keseluruhan genre yang diusung dalam album ini adalah Doom metal yang bisa dikatakan sangat terlihat Influence era-pertengahan KATATONIA (Discouraged Ones, Tonight's Decision dan Last Fair Deal Gone Down) namun tanpa harus menjadi clone dengan meninggalkan karakter band yang telah dibangun.

"Light And Snow" adalah lagu pembuka yang bertempo cepat yang dibarengi dengan vokal Black metal-ism sebelum dilanjutkan dengan clean vocal. Lagu-lagu selanjutnya "Death is Not An Exit" "Keeper of The Light" dan "Travelling Alone" merupakan lagu bertempo lambat dengan mayoritas vokal di isi dengan clean vocal bernada rendah (Bass) yang sedikit mengingatkan penulis dengan Alm. Peter Steele (TYPE O NEGATIVE) dibandingkan dengan Jonas Renkse (KATATONIA). di empat lagu selanjutnya kembali lagi Gold cs menyajikan lagu-lagu yang bertempo variatif mulai track yang bertempo upbeat seperti "Adora Vivos" dan "Career Suicide", track yang mellow yang seperti "Silver" atau track yang paling doomy (yang sangat TYPE O NEGATIVE) di album ini "Modern Life Architecture".

Di ke-tiga lagu terakhir merupakan momen-momen paling depressing dari album ini. Dimulai dengan track 10-menit "Kiss My Ashes Goodbye"yang seperti menjadi salam perpisahan dari Alm. David Gold baca saja sepenggal lirik dali lagu ini.

To mourn the end is to say goodbyeNot To yearn for that which we will never have again
We cry for our life together - because we know it will endAnd we try to understand, how we could ever love again
Save your tears, at the end of our time...We've cried enough in our lives, at the end of our time, just kiss my ashes goodbye
We miss them so much now that they are goneTook them for granted for living, so long
We read their words again, and we listen to them again as we start to understand, what they were trying to say, all along
Ohhhh, save your tears,At the end of our time, kiss my ashes goodbye. 

Seperti ia telah tahu bahwa ajal sudah akan menghampiri belum lagi dengan tone lagu ini yang sangat doomy dan bleak. belum berhenti disitu di track berikutnya "Finality" dan "Alternate Ending" yang kurang lebih sama atmosfir gloomy dan depressing nya yang dibawakan dengan tempo lambat di-iringi dengan piano dan vokal bass dar sang vokalis yang dapat menangkap dengan perfect kesan suram yang di-inginkan.
well di album ke-5 dan terakhir ini, WOODS OF YPRES bukan saja berhasil memuaskan para pendengar melainkan juga mengukuhkan album sebagai album terbaik mereka, dari atmosfir keseluruhan yang suram mungkin merupakan kado ataupun salam perpisahan yang paling emosional dari Alm David Gold (RIP).

FINAL SCORE
9.5/10

RESENSI: NACHTMYSTIUM - Silencing Machine



Sukses dengan Assassins: Black Meddle Part 1 dan sequelnya Addicts: Black Meddle Part 2 yang keduanya merupakan salah satu album Black metal yang paling berani. memadukan Black metal dengan unsur psikadelia hingga post-punk dan industrial rock, berhasil membawa NACHTMYSTIUM sebagai salah satu garda depan scene Black metal non-konvensional bersama DEATHSPELL OMEGA dan BLUT AUS NORD.

Bukan Blake Judd kalo tidak menyiapkan kejutan di setiap album NACHTMYSTIUM yang akan dirilis, setiap fans ataupun kritikus selalu menanti hal yang berbeda. di rilisan terbarunya Silencing Machine masih membawa kejutan tersendiri, namun bukan experimentasi yang semakin nyeleneh melainkan Silencing Machine merupakan album Back To The Roots mereka. tapi bagi yang sudah menanti-nanti kembalinya mereka ke sound raw-Black metal seperti di rilisan-rilisan awal mereka (Reign of Malicious atau Demise) akan kecewa, karena Back to The Roots kali ini lebih tepatnya kembali ke sound era-Instinct:Decay yang menjadi album breaktrough mereka 2006 silam.

Silencing Machine merupakan straight foward Black metal album tanpa menghilangkan signature sound mereka yang sudah ter-refined di tiga album sebelumnya. album dibuka dengan track bertempo cepat "Dawn of The Ruins of Jarusalem" dan sedikit sentuhan synth dan vocal Judd Blake yang memekikan merupakan opener sempurna dan it's a black metal as it should be. 

Berlanjut ke track ke-dua yang merupakan title track menampilkan sedikit sisi dari Black Meddle, sound Black metal yang dibalut dengan sedikit elemen psikadelia beberapa sentuhan moog synth, semuanya di padukan dengan apik didalam sound raw yang penuh dengan reverb. track-track selanjutnya masih memilih formula yang sama "And I Control You" sedikit membawa middle-eastern influence pada lead guitar juga guitar solo yang "70's"-ism berikutnya "The Lepers of Destitution" dibuka dengan layered guitar yang eksotis ala post-rock sebelum ber-progresi ke tempo yang makin lebih cepat. "Borrowed Hope and Broken Dream" memberi sedikit ruang bernafas dengan sound post-punk yang dibawakan penuh catchy hooks tentunya mengingatkan pendengar dengan Black Meddle.

Track ke-enam "I Wait In Hell" kembali lagi menyajikan lagu bertempo cepat khas Black metal yang penuh dengan blast beat dan tremollo riffing. sebelum dilanjutkan dengan lagu yang kental sekali unsur Industrial nya yaitu "Decimation, Annihilation". ke-tiga track terakhir merupakan roller-coaster lagu bertempo cepat "Reduced to Ashes" yang bertempo sangat cepat dan sangat straight foward Black metal (blast beat and etc.) dilanjutkan dengan mid-tempo "Give Me The Grave" yang cukup catchy dan sesekali di iringi dengan lead guitar yang sedikit bluesy. Di Track pamungkas "These Room In Which We Weep" dimana pendengar disajikan dengan unsur post rock atau rock progresif yang kental sekali. tempo yang mengalir dari lambat ke tempo yang lebih cepat yang sangat epic, belum lagi lirik sangat depressive memberikan atmosfir tersendiri di lagu terkakhir ini.

FINAL SCORE
9.5/10

Tuesday, September 25, 2012

RESENSI: Blut Aus Nord - 777: Cosmosophy



"777: Cosmosophy" merupakan part pamungkas dari trilogi ambisius dari band Avant-garde Black metal asal perancis BLUT AUS NORD. sebelumnya album part pendahulunya Sect(s) dan The Desantification telah berhasil menuai pujian dari kritikus-kritikus musik dan tentunya part ke-tiga ini sudah menjadi hal yang ditunggu-tunggu oleh khalayak banyak. dalam part ke-tiga trilogi "777" mereka, BLUT AUS NORD menajikan hal yang berbeda (yang sangat signifikan) dibanding album sebelumnya nya hilang sudah Blast beat black metal-ism yang wajar di temui dialbum-album mereka, berkurang sudah harsh/screaming vocal yang menjadi hal yang biasa dalam musik black metal. "777: Cosmosophy" menyajikan sesuatu yang berbeda, perkawinan antara Industrial metal ala GODFLESH (seperti album pendahulunya) dengan unsur goth, shoegaze hingga doom metal tanpa menghilangkan signature sound mereka sendiri.

secara keseluruhan album ini lebih softer dibanding album-album BLACK AUS NORD sebelumnya, dibuka dengan "Epitome XIV" yang doom-y dipadu dengan sound-sound industrial yang pekat sekali unsur GODFLESH nya,  menjadi suatu katalis sempurna untuk membuka album ini. berlanjut ke track selanjutnya "Epitome XV" yang diawali dengan sentuhan electronica yang dibarengi dengan spoken word dari sang vocalist lalu ber-progresi ke sound Epic Black metal seperti Primordial etc. track-track selanjutnya "Epitome XVI" dan "Epitome XVII" kembali   menampilkan sisi doom-y mereka di buka dengan ambient yang cukup gloomy (Epitome XVI) yang kemudian di lanjutkan dengan sound gitar tebal dan multi layered yang kini malah mengingatkan saya dengan JESU benar-benar membawa pendengar ke mode trance sebelum akhirnya di akhir "Epitome XVI" sisi Black metal band ini baru terlihat, tentunya dengan alur progresi yang sangat perfect dan tidak terdengar dipaksakan. salah satu track yang mungkin menjadi nilai minus di album ini adalah track penutup (Epitome XVIII) karena sangat repetitif dan hampir tidak ada progresi di lagu yang cukup panjang tersebut (11 menit).

Overall BLUT AUS NORD telah membuktikan dengan penutup trilogi "777" mereka, bahwa proyek ambisius tersebut bukanlah isapan jempol belaka, dalam waktu yang cukup singkat mereka berhasil menciptakan trilogi album yang masing-masing memiliki karakter sendiri tanpa menghilangkan signature sound mereka itu sendiri, yang bagi banyak band mungkin sulit untuk dilakukan. "777: Cosmosphy" adalah suatu journey ke-alam dingin penuh progresi dan unexpected twist. surely one of this year finest release!!!

FINAL SCORE:
9.0/10